TEMPO.CO, Jakarta - Dua Pemuda di Sawangan, Depok, menjadi korban pembacokan orang tidak dikenal saat hendak mengambil uang jimpitan di rumah-rumah warga sekaligus untuk membangunkan warga untuk sahur sekitar pukul 02.30 WIB pada Jumat, 7 April 2023 kemarin.
Akibat pembacokan itu, Sultan, salah seorang korban, mengalami luka serius di belakang telinga dan lengan tangan kiri. Sultan langsung dibawa ke Rumah Sakit Arafig untuk mendapatkan perawatan. Peristiwa itu juga kini tengah diselidiki Polsek Bojongsari, Depok.
Namun pertanyaan yang kini tersisa adalah soal uang jimpitan. Sebenarnya apa itu uang jimpitan? Berikut penjelasannya.
Uang jimpitan
Istilah uang jimpitan ternyata masih tetap eksis di saat ini. Padahal, menurut Ahli Budaya Jawa Prapto Yuwono, jimpitan adalah salah satu bentuk menabung di desa yang tujuannya sekadar mengganti jasa ronda.
‘Jimpit’ berasal dari bahasa Jawa yang artinya mengambil sedikit dengan tiga ujung jari. “Jempol, telunjuk dan jari tengah,” papar Prapto seperti dikutip dari Indonesia.go.id pada Sabtu, 8 April 2023.
Dahulu tradisi jimpitan kerap dilakukan saat ronda malam. Warga biasanya menaruh beras dalam jumlah sedikit wadah dan meletakkannya di depan rumah. Di malam hari, petugas ronda mengambil beras-beras tersebut sebagai pengganti jasa ronda.
Asal muasal jimpitan
Istilah jimpitan masih menjadi misteri. Banyak versi mengenai asal muasal istilah tersebut. Namun ditengarai, tradisi ini lahir sejak warga desa di Jawa memiliki kesadaran untuk tinggal berkelompok dengan warga lain yang sama-sama memiliki kesulitan ekonomi pada masa penjajahan Belanda.
Berdasarkan hasil penelitian Prapto, jimpitan sering dilakukan di berbagai pelosok desa di Jawa Tengah. “Hasil penelitian saya di desa Mojolaban dan Lawean membuktikan ini,” tegas Prapto.
Selanjutnya: Penghapus Kesenjangan Sosial